Tahun 2010 ini, perkembangan internet Indonesia dan penggunanya sudah mencapai perkembangan yg dahsyat. Bukan hanya untuk level Indonesia, tapi untuk level Asia dan Dunia.
Akhir tahun 2008 ketika saya baru belajar Internet Marketing 1 tahun, prediksi pengguna internet di Indonesia sempat Saya tulis di Newsletter Bisnisdavit.com
Waktu itu pengguna internet di Indonesia baru mencapai 20 jutaan. Saya prediksi pengguna internet Indonesia akan meningkat 2-3 kali lipat dalam 2-3 tahun mendatang. Sekarang, awal oktober 2010 data terakhir menunjukkan pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 46 juta orang. Suatu sumber di Indonesia memprediksi pada tahun 2014 mendatang pengguna internet di Indonesia akan mencapai 150 juta orang.
Kalau dulu saya membandingkan penjualan handphone sudah seperti kacang goreng yg ditandai dg 1 orang bisa punya lebih 1 handphone, maka pengguna internet juga bakal seperti membeli kacang goreng ; internet bisa diakses dimana-mana (Data Menkominfo ; Handphone penduduk di Jakarta saja sudah sekitar 1,8 dibanding penduduk-nya, artinya setiap penduduk Jakarta hampir memiliki 2 Handphone).
Perkembangan yg lebih dahsyat adalah dari pengguna jejaring sosial di dunia maya. Sekitar 6 bulan lalu pengguna Facebook di Indonesia baru mencapai 10 juta orang lebih. Sekarang pengguna Facebook di Indonesia sudah mencapai 27 juta orang, peringkat 2 dunia setelah negara Amrik (AS). Sementara pengguna jejaring sosial Twitter di Indonesia sudah mencapai 2,4 juta orang, tertinggi untuk wilayah Asia.
Data-data di atas memperlihatkan betapa perkembangan informasi dan komunikasi sesama manusia sekarang sudah ’seperti tanpa batas’. Efeknya bisa berdampak positif dan berdampak negatif bagi orang Indonesia, tergantung bagaimana kita memanfaatkannya.
Jika kita kaji dampak positifnya, maka akan sangat bermanfaat dalam berbagai bidang, baik bidang bisnis, ekonomi, kecepatan akses informasi, perubahan kebijakan promosi perusahaan, pencarian lowongan kerja, pendaftaran mahasiswa baru, pembayaran berbagai keperluan perbankan, pembayaran tagihan listrik, PDAM, Gas, pembelian pulsa, jasa konsultasi dokter, pembelian tiket pesawat, jasa arsitek dan bangunan, dan masih sangat banyak lagi jika dirinci.
Jika pemanfaatan bidang bisnis lebih diaplikasikan di dunia internet, maka akan terasa sekali perubahan yg kita alami, baik dari sisi pembukaan lapangan kerja, maupun dari segi profit perusahaan yg bisa menekan biaya pengeluaran.
Mengutip wawancara Mengkominfo di TVRI tanggal 15 Oktober 2010, tantangan Industri ICT (Information and Communication Technology) ke depan bukan lagi di aspek teknis, tapi di aspek ‘konten’.
Kalau teknologi informasi dan komunikasi itu (misal : internet) bisa dipelajari karena awalnya ilmu tsb berasal dari luar negeri. Namun yg menjadi tantangan ke depan adalah bagaimana menciptakan ‘industri otak’ yg mencerdaskan dan menginspirasi banyak orang.
Di dunia pertelevisian kita sudah tahu ada serial TV Upin Ipin, Wild Animal, National Geographic, The Apprentice, Oprah Show, dll. Lalu di dunia internet kita sudah mengenal Fb, Twitter, Google, Amazone, ClickBank, Ebay, serta di Indonesia ada detik.com, Kompas.com, Kaskus, AsianBrain, dan masih banyak lagi. Kemunculan industri otak ini sangat potensial mendatangkan income, membuka lapangan kerja, dan memudahkan hubungan komunikasi sesama manusia.
Untuk industri otak ini permasalahannya bukan sekedar pintar atau tidaknya orang, melainkan pada ‘keberanian’ melakukan tindakan memulai. Lalu setelah itu keberanian menghadapi masalah bisnis yg timbul. Lulusan perguruan tinggi yg pintar-pintar sudah sangat banyak, bahkan ada banyak orang Indonesia yg sudah ‘mengabdi’ bertahun-tahun pada perusahaan asing di luar negeri. Mereka berdalih akan pulang ke Indonesia jika fasilitas di Indonesia sudah mendukung penyaluran ilmu yg mereka miliki. Lebih simpelnya, mereka siap bekerja di Indonesia jika Industri di Indonesia sudah bisa memanfaatkan kemampuan mereka, yg ujung-ujungnya berpikir konvensional menjadi ‘orang gajian’.
Kenapa tidak banyak orang pintar Indonesia yg berpikir membuka lapangan kerja di Indonesia dengan kepintaran mereka? Yang banyak adalah orang-orang biasa yg berjuang untuk berbisnis (membuka lapangan kerja) meski lewat proses jatuh bangun.
Jika Anda merasa biasa saja atau ‘bodoh’ dalam satu hal (gaptek), maka berbahagialah karena itu bisa jadi sumber keahlian Anda untuk fokus berbisnis. Orang pintar terlalu banyak berfikir sebelum memutuskan berbisnis, sedangkan orang ‘bodoh’ sedikit berfikir dan lebih banyak bertindak. Orang pintar terlalu banyak menganalisa sehingga takut memulai karena sudah terbayang resiko yg bakal dialami karena hasil ‘analisanya’. Orang ‘bodoh’ tidak pintar menganalisa karena cepat memulai, namun analisanya dilakukan sambil menjalankan bisnis.
Anekdot di atas Saya terjemahbebaskan dari Pemikiran Bob Sadino, Pengusaha Pertanian Sukses di Indonesia. Bukunya bisa Anda cari di Toko Buku Gramedia dengan judul ‘Bisnis Goblok ala Bob Sadino’ dan sebagian tulisannya bisa Anda lihat di website Kampung Wirausaha.
So, bagi Anda yg punya keterbatasan teknis dalam berbisnis online, tidak ada halangan untuk segera memulai dan belajar. Ini adalah ‘industri otak’ dan setiap orang bisa menjalankannya karena setiap kita punya otak untuk berfikir. Galilah potensi diri yg tidak dimiliki oleh orang lain, niscaya Anda akan sukses besar kemudian.
Sumber : http://davitputra.net/2010/10/dahsyatnya-perkembangan-internet-di-indonesia/
0 komentar:
Posting Komentar